mahal kita

      "Pada awan-awan yang menggantung
       Berikan teduh pada mereka yang gelisah
       Tengadahkan dia padamu
       Pastikan senyumnya berpendar terumbar."

Gadis yang baru saja berjalan menyusur kolong atap-atap toko untuk menghindari rintikan hujan sore itu berhenti tepat didepanku, di halte bus. Lengannya yang sebelah basah, tepat dipergelangannya luntur tinta hitam yang sepertinya bekas ia tulisi dengan pena. Kami menunggu bus dikeramaian. 

22 menit aku menunggu, busku pun mulai terlihat wujudnya diujung jalan, terasa lamban bagiku yang sedari tadi menunggu sembari diciprati hujan. Tibalah giliranku menaiki bus itu, ternyata gadis tadi pun ikut naik bus yang sama denganku. Dia tepat berjalan masuk dibelakangku. Kami secara kebetulan duduk bersebelahan. Bagian lengannya yang basah menempel bagian lenganku. 

Aku berikan dia saputanganku, kusuruh ia keringkan. Dia menolak awalnya, tapi setelah dia sadar bahwa lengamnya menyentuh lenganku juga, akhirnya dia mau mengelap basah dilenganya. Dia mengelap juga bagian tinta yang mulai tak terbaca tulisannya. Setelah selesai, dia mengembalikan saputanganku dan aku pun bertanya. "Apa tulisan yang hilang tintanya itu?"
Si gadis hanya tersenyum.
"Kamu menulisnya sendiri?" Tanyaku lagi
"Bukan, ini kekasihku yang menuliskannya, jimat katanya, untuk menjagaku selamat dan tetap bahagia sampai di rumah, hahaha" jawabnya
Aku pun ikut tertawa.
"Ada-ada saja kan?"
Aku hanya mengangguk.

Seperti kebanyakan wanita pada umumnya, kemudian dia bercerita betapa uniknya kekasihnya. Katanya, sama sekali kekasihnya tak pernah mengatakan kalimat semacam 'aku cinta kamu' secara lisan. Bahkan melalui tulisan pun tak pernah kekasihnya itu mengungakapkan rasa sayangnya. Awalnya ini sempat menjadi kekhawatiran bagi si gadis. Namun si gadis merasa tak perlulah ia bertanya, karena sang kekasih selalu menunjukan kasih dan sayangnya dengan tindakan-tindakan yang kadang tak terpikirkan. Kesemuanya selalu terasa tulus dan menenangkan katanya.

Tapi hari itu lain. Dihari itu, si gadis memiliki agenda temu untuk menyelesaikan urusannya di kantor administrasi kota bersama dengan kekasihnya. Pukul 11 katanya. Setelah usai urusan di kantor administrasi, mereka pun melanjutkan untuk makan siang di salah satu toko roti dekat kantor administrasi. Sang kekasih yang melihat sang gadis murung bertanya "kamu kenapa?" 
"Aku sedih karena kita belum bisa menikah, masih ada beberapa pengecekan dan berkas yang harus dilampirkan. Huh"
"Tidak apa², coba berikan lenganmu!" dengan inisiatif sang kekasih menarik lengannya, dan menuliskan kata 'mahal kita' tepat di pergelangannya dengan pena yang sedari tadi menggantung di saku kemeja sang kekasih. Seketika si gadis pun ceria. 

Pejalanan kami dihiasi hujan dan senyumnya yang membentang nan tak terputus. Ia pegangi terus pergelangan tangannya tadi sambil menatap keluar jendela yang basah. sepertinya kata-kata itu benar-benar telah berhasil menjadi jimat baginya. Aku yang tertidur pulas sampai-sampai tak menyadari bahwa gadis itu telah turun entah di pemberhentian mana. Semoga bahagia selalu menyertai perjalanannya. 🍀

Komentar

Postingan Populer