a(Y)ahku
Laki-laki penuh wibawa itu bergelar ayah. Menurut penuturannya, dulu, dimasa mudanya dia adalah seorang yang urakan dan banyak bercandanya. Ia tak peduli dengan pandangan orang akan tingkah lakunya, bicaranya sembarangan. Katanya " peduli setan lah!". Namun semenjak ia menikah, terlebih lagi saat anak perempuannya lahir, ia semakin peduli dengan pandangan orang terhadapnya. Ia tak ingin anaknya malu akan sikap-sikap anehnya dimasa lalu. Untuk membanggakan putrinya, dia kini menjadi sosok yang sangat berwibawa. Begitulah ia, sangat santun dalam tutur katanya dan berbobot pesan-pesannya.
Tak seperti ayahku, ia bertelanjang dada menggunakan celana diatas lutut berkeliling-keliling terminal sambil menyulut rokok kreteknya. Ia tegur semua orang yang dilaluinya, termasuk menggoda gadis-gadis yang sedang menanti bus jurusannya. Ayahku preman terminal. Sangat terkenal. Mereka bilang ayahku humoris, tapi lebih banyak garangnya, apa lagi bagi mereka yang tidak tertib membayar 'uang kekertiban'.
Pembelaannya didepan kami, "Tak apa, ayah kan tidak membunuh". Untunglah, ayahku bukan pembunuh.
Komentar
Posting Komentar