aya(h)ku
Ayah adalah mantan aktivis di jaman kuliahnya. Ayah dulu ternyata mantan ketua umum suatu himpunan mahasiswa di kampusnya. Selain banyak koleksi buku-bukunya, ayah juga punya banyak mantan pacar! "Tapi itu duluuu" kata ayah berkelakar. Ngomong-ngomong ayah suka sekali membawa kebiasaan jaman dia masih jadi aktivis kerumah, ya, apa lagi kalau bukan berdiskusi . Dirumah, ayah suka mengajak putri-putrinya berdiskusi. Bahkan untuk sekedar menentukan warna cat dinding dan motif sarung bantal ruang tamu. Menurut putrinya ayah tak malu jika pendapatnya dibantah, itu tak mengecilkan hatinya. Sekalipun ayah sangat idealis, ayah juga bisa diajak untuk berkompromi, yang penting bertanggung jawab katanya. Ayah memang sangat terbuka dalam hal perbedaan sudut pandang, ia ingin semua berani berpendapat dan kritis menanggapi suatu masalah. Dirumah semua peraturan yang ada tentu hasil kesepakatan bersama. Kata ayah, agar semuanya bahagia dan bertanggung jawab.
Dirumah, aku terbiasa tak banyak menuntut, semua peraturan sudah ayah yang tentukan. Bernegosiasi dirumah sama seperti membakar besi, panas saja, tapi besi tetap menjadi besi. Jadi aku tak mau membuang waktu kami untuk sekedar berdebat. Ayah memang bisa dibilang keras kepala, tapi aku percaya, sebagai orang yang lebih banyak makan asam garam, ia melakukan itu semua pasti karena tak ingin putrinya salah langkah. Masuk akal bukan? Tak apa lah, keras sedikit untuk menghindari luka-luka yang tak terduga. Aku percaya Ayah.
Komentar
Posting Komentar