Hari Bahagianya
Seperempat abad yang lalu, di hari ini.
Seorang wanita berpeluh menghantarkan seonggok daging bernyawa menyapa dunia.
Disambut dengan keheningan, tanpa tangisan.
Masih dalam bungkusan ketuban ia dilahirkan. Mereka bilang, dorongannya terlalu cepat sebelum selaput amnion sempat terkelupas.
Setelah robekan paksa merusak pertahanan, pecah tangis jabang bayi itu sesaat setelah menghirup aromanya dunia.
Tangis yang sedih, penuh jeritan.
Berisi pesan ketakutan atas dunia baru yang menyesakkan. Namun dalam dekap sang wanita lemah. Tangisnya mereda. Dalam dekapnya ia meyakinkan, bahwa ia akan mampu mengarungi dunia yang sudah kepalang edan.
Di sudut yang lain, ada seorang pria kekar yang merapal. Doa-doa keselamatan untuk manusia yang dicintainya. Peluh jagung bergelimpangan, terasa sejuk saat jeritan warga baru berkumandang.
Bahagia rautnya. Cerah senyumnya. Secerah pagi pukul 9.15.
Seperempat abad yang lalu, di hari ini. Jadi hari paling bahagia bagi dua bidadari. Sejak saat itu, di hari ini, aku berharap bahagia yang sama senantiasa terulang. Syukur yang sama selalu terkembang.
Komentar
Posting Komentar